Anggito Abimanyu: Naikkan BBM Saja Tak Berani, Apalagi Hapus Premium
Penghapusan bensin premium merupakan solusi bagus, namun pemerintah  bakal takkan berani menghapuskan BBM subsidi tersebut. Sebab menaikkan  harga saja pemerintah harus berpikir ratusan kali.
Pengamat Ekonomi Anggito Abimanyu mengaku setuju dengan pernyataan  Menteri Keuangan Agus Martowardojo untuk melakukan penghapusan premium.  Pasalnya, hal tersebut bisa menyehatkan anggaran karena dapat mengurangi  biaya subsidi.
"Kalau saya setuju, bisa jadi solusi terbaik, karena dapat mengurangi  subsidi," ujarnya ketika dihubungi, Jumat (29/4). Namun, Anggito  mempertanyakan pengimplemetasian rencana tersebut mengingat opsi ringan  yang telah diajukan Tim Pengkajian Pembatasan BBM bersubsidi untuk  menaikkan harga premium hanya sebesar Rp500/liter saja sulit terlaksana.
"Implementasinya bagaimana? Naik Rp500 saja sudah setengah mati  mengajukannya. Rencana itu juga mau langsung atau secara gradual,  gradual itupun pemerintah tidak berani apalagi dihapus, premium  dinaikkan dari Rp 4.500-5.000, pemerintah dalam hal ini Menteri ESDM  saja tidak berani," sindir Ketua Tim Pengkaji Pembatasan BBM bersubsidi  ini.
Namun Anggito menilai penghapusan premium dapat membuktikan komitmen  pemerintah dalam upaya menjaga lingkungan. "Dengan mengalihkan premium  ke pertamax dari sisi lingkungan hidup dari BBM yang kurang bersih ke  bersih, dari yang ada timbalnya ke yang tidak ada kadar timbalnya,"  jelasnya.
Sulit 'Dihabisi'
Di tempat terpisah, masih mendominasinya premium dalam peredaran BBM di  Indonesia membuat premium akan sulit 'dihabisi' seperti yang  direncanakan pemerintah. "Memang banyak yang bilang kalau dari sisi  penjualan, pertamax itu lebih menguntungkan ketimbang premium karena  marginnya lebih besar namun volume pertamax itu sangat kecil yang  dijual. Tapi penjualannya sangat kecil, konsumsi pertamax hanya 4%,"  ujar Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Nasional Eri Purnomo Hadi.
Hal senada sebelumnya juga sempat dikatakan oleh Pengamat Migas Pri  Agung dan juga Anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha, yang menilai  rencana pemerintah untuk menghapus Premium merupakan hal yang masih  terlalu 'Prematur' untuk dibahas dan direalisasikan. Sejauh ini, menurut  mereka masyarakat Indonesia sendiri masih membutuhkan BBM yang  disubsidi pemerintah. Selain itu daya beli masyarakat pun masih rendah  jika nantinya dihadapkan kepada satu produk (pertamax) yang harganya  mengikuti lonjakan harga minyak serta keekonomisan. 
http://www.analisadaily.com/index.ph...onal&Itemid=44
Ganti Premium, Pemerintah Akan Jual  LGV dan BBG
Jumat, 29 April 2011 | 13:13 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Pemerintah berharap tahun ini bisa mengefektifkan  penggunaan LGV (Liquied Gas for Vehicle) sebagai alternatif pengganti  bahan bakar minyak (BBM) jenis premium pada kendaraan bermotor.
"Konsepnya sudah disampaikan ke Menteri ESDM, mudah-mudahan saja bisa  tahun ini," ungkap Dirjen Migas Kementerian ESDM, Evita Herawati Legowo  kepada wartawan, di Jakarta Jumat (29/4).
Evita menjelaskan, selain menggalakkan LGV Kementerian ESDM juga  mengembangkan BBG. Namun, lagi-lagi persoalan infrastruktur menjadi  kendala utama, misalnya kehadiran SPBG.
"Saat ini energi alternatif yang paling cepat adalah LGV. Namun untuk  saat ini kita juga tidak mau membebani masyarakat, sebab harga LGV saat  ini masih lebih tinggi dari Rp4.500. Selain itu, juga membutuhkan satu  pangsa pasar yang tertib," beber dia.
Terkait ada tidaknya rencana pemerintah membikin bahan bakar di bawah  ron 88 (premium) menjadi 92, menurutnya tidak perlu. Hal itu dikarenakan  selain membutuhkan infrastruktur, waktunya juga tidak sebentar. "Yang  jelas saat ini kita sedang menggalakkan dua energi alternatif itu,"  pungkas dia.
Sementara di tempat yang sama, Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh ketika  dikonfirmasi mengaku tidak tahu rencana penghapusan premium. Namun, dia  menyarankan agar pemerintah fokus ke persoalan satu (pengaturan BBM  bersubsidi) sebelum kepersoalan yang lain
http://ekonomi.inilah.com/read/detai...al-lgv-dan-bbg
Premium Bakal Dihapus Usai  Pencabutan Subsidi
Kamis, 28 April 2011 | 14:14 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Pemerintah bakal menghapus produk premium usai  berhasil menghapus subsidinya. Menteri Keuangan Agus Martowardojo  mengatakan, pembatasan BBM bersubsidi alias premium akan tetap  diberlakukan. Namun masih menunggu waktu yang tepat. "Pembatasan BBM  sangat saya harapkan, tapi mesti ikut kesepakatan ESDM akan bicarakan ke  Komisi 7," ujarnya di Hotel Bidakara Jakarta, Kamis (28/4).
Agus Marto mengaku ada dua prinsip yang akan direalisasikan yaitu  penghapusan subsidi premium secara bertahap dan penghapusan produk  premium itu sendiri. "Hapus artinya tidak diteruskan. Pertama kali  subsidinya kemudian produknya, kan oktannya juga kurang tinggi,"  tegasnya.
Sementara untuk pertamax, lanjutnya, tidak akan pernah diadakan subsidi  bagi produk tersebut. "Kedua mohon jangan memberikan subsidi pada  pertamax karena pertamax harus mencerminkan pasar. Kamu lihat di China.  Di China itu betul-betul tegar seperti kita, beberapa saat yang lalu di  China bulan Februari dilakukan penyesuaian harga minyak, di bulan April  lakukan lagi penyesuaian harga minyak," paparnya.
Menurutnya, bila tidak ada penghapusan maka pemerintah akan selalu  kesulitan untuk menghemat anggaran. "Nanti kalau tidak, nanti nggak ada  prinsip kehati-hatian dan penghematan. Saya mengharapkan ada kesepakatan  ESDM sebagai penanggung jawab BBM itu dan komisi 7. Kalau saya sangat  prihatin sama kuota 38,6 juta kalau lewat akan membebani anggaran kita,"  pungkasnya
http://ekonomi.inilah.com/read/detai...abutan-subsidi
-------------
Ganti nuklir ajalah! Sesungguhnya subsidi BBM yang lari untuk  mengerakkan turbin  PLTD cukup besar juga, termasuk yang disedot  pabrik-pabrik industri yang energinya memakai BBM itu. Makanya, kalau  dibuat PLTU, tak perlu ada lagi dana APBN yang akan disalurkan ke PLN  dan subsidi minyak untuk indistri. Dananya bisa dialihkan ke subsidi  kendaraan saja! ... 
Tags: Info
 
 Previous Article
 Previous Article
Share your views...
0 Respones to "Anggito Abimanyu: Naikkan BBM Saja Tak Berani, Apalagi Hapus Premium"
Posting Komentar